Masih ingat dukun cilik Ponari asal Jombang, yang mampu menyembuhkan ribuan orang dengan media batu petir. Kali ini putra pasangan Kamsin dan Mukaromah warga Dusun Kedungsari Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang tergolek lemah di rumahnya.
Ponari sempat dirawat inap di Puskesmas Megaluh karena mengalami gejala typhus. Pihak keluarga sempat menggunakan batu petir yang menyedot ribuan orang minta kesembuhan tahun 2009 lalu, namun tak kunjung sembuh. Bahkan suhu badannya terus meninggi. Karena tak kunjung sembuh, Ponari dibawa ke puskesmas.
"Kemarin 2 hari lalu, kita bawa ke rumah sakit. Karena suhu badannya terus meninggi. Tapi alhmadulillah suhu badannya sudah menurun dan diperbolehkan pulang serta rawat jalan," kata bapak Ponari, Kamsin kepada wartawan di rumahnya, Rabu (26/5/2010).
Ponari sendiri mengalami suhu badannya tinggi sejak seminggu yang lalu. Pihak keluarga belum mengetahui penyebab anaknya mengalami gejala thyphus. Keluarga hanya mengetahui Ponari lemas dan badannya panas.
"Mungkin Ponari kecapekan mengobati orang selama ini. Walaupun orang yang datang tidak sebanyak dulu," tegasnya.
Pihak dokter menyarankan agar Ponari istirahat total agar tenaganya tidak terkuras habis. Walaupun untuk bermain atau sekolah. Sebab dikhawatirkan kondisi Ponari akan drop dan suhu badannya akan terus meninggi.
Pasien Ponari Sepi
Dibandingkan awal tahun 2009 lalu, Ponari bisa menyedot 20 ribu pasien perhari. Dengan pemasukan Rp 1,3 miliar. Para pasien saat itu hanya membeli kupon seharga Rp 10 ribu dan mengisi kotak amal seikhlasnya.
Dari hasil kekayaan tersebut, Ponari bisa membangun rumah untuk orangtuanya dengan membeli tanah di depan rumahnya, membangun mushola dan membeli sawah sebanyak 5 hektar. Sawah tersebut dikelola bapak dan kakeknya yang biasa menggendong Ponari, Pak Mat.
Namun sejak pertengahan 2009 lalu dan ditutup polisi, omzetnya hanya berkisar ratusan ribu. Para pasien tidak perlu membeli kupon, hanya mengisi kotak amal yang disediakan di rumahnya.
"Pasiennya tidak seperti dulu, sekarang hanya mengisi kotak amal saja. Orang-orang ada yang mengisi Rp 10 ribu-Rp 20 ribu," kata ibu Ponari, Mukaromah kepada detiksurabaya.com di rumahnya, Kamis (27/5/2010).
Uang tersebut, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan Ponari sehari-sehari. Para pasien yang datang membawa air lalu batu petirnya dicelupkan. "Prosesnya seperti dulu, hanya dicelupkan batu petir sebentar," tambahnya.
Meski jumlah pasiennya hanya belasan, sikap Ponari tidak berubah. Selain manja, Ponari selalu minta digendong oleh orangtua dan kakeknya saat mengobati pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar